Kemajuan
teknologi sekarang memang sudah tidak diragukan lagi. Yang dulunya diperlukan
waktu yang lama sekarang menjadi serba instan. Yang dulunya diperlukan tenaga
manusia yang cukup besar, sekarang cukup menggunakan mesin yang lebih akurat
dan cepat. Teknologi dibuat untuk mempermudah segalanya. Namun, dibalik itu
terdapat sisi negatif dibalik perkembangan teknologi.
Smartphone misalnya. Smartphone
sudah bukan barang komoditas mahal lagi. Hampir semua lapisan masyarakat sudah
memiliki smartphone. Cukup bermodalkan 200 ribu rupiah, sudah dapat membeli
smartphone. Smartphone banyak digunakan karena fiturnya yang tidak hanya untuk
telpon atau SMS-an saja, namun juga bisa browsing, mengakses social media, kamera yang cukup canggih,
dan fitur-fitur lainnya. Mau facebook-an? Tinggal tap iconnya. Mau buka e-mail? Tinggal tap email. Segala macam fitur benar-benar berada di genggaman kita. Walaupun begitu, ada juga dampak negatif. Berikut contohnya:
Menghancurkan hubungan pertemanan
Smartphone Anda memiliki kemampuan untuk menghubungkan Anda
ke seluruh dunia melalui email, pesan, jejarign sosial, dan situs. Tetapi, dia
juga bisa memutuskan hubungan Anda dengan orang di sekeliling Anda.
Istilah yang sering digunakan orang-orang adalah Phubbing
(phone snubbing). Ini adalah masalah yang serius. Sepasang kekasih yang memilih
menghabiskan waktu mereka menatap layar smartphone daripada saling
berinteraksi. Mungkin Anda merasa ini sepele tetapi, bila terus menerus,
kemampuan Anda berkomunikasi langsung (tatap muka) akan berkurang, bukan hanya
kepada orang baru, ini juga akan berimbas ke orang dekat sekeliling
Anda. Saran: komunikasi tatap muka adalah yang apling efektif. Bilapun
terpakssa, Anda harus tau bahwa smartphone bergerak di dunia maya dan Anda di
dunia nyata.
Gila Mengabadikan Kejadian
Ada sisi yang menguntungkan dari “kegilaan memoto atau
merekam” pengguna smartphone. Tidak jarang, rekaman amatir pengguna smartphone
bisa menjadi bukti beberapa kasus seperti pengeboman, pembunuhan, kecelakan dan
lain sebagainya. Sayangnya, “kegilaan” mengabadikan itu terkadang berlebihan,
sampai-sampai hal yang tidak perlu diabadikan pun tetap di rekam atau di foto,
di share jejaring sosial. Lebih parahnya, bila ada kejadian yang
seharusnya si perekam mampu menolong korban tetapi dia memilih untuk merekam
terus. Ini sesuatu hal yang sangat tidak manusiawi tetapi, itu memang terjadi.
Mendominasi waktu Luang Anda
Smartphone merupakan gadget yang sangat serbaguna,
menawarkan kesempatan tak terbatas untuk menghabiskan waktu luang Anda,
produktif atau tidak. Sebenarnya ini adalah pilihan, tetapi pilihlah dengan
bijaksana. Misalnya, Apakah bermain Angry Bird lebih baik daripada membaca
buku? Apakah curhat di Facebook atau Twitter lebih baik daripada makan
di tempat yang unik? Berselancar berjam-jam tanpa arah dibanding dengan belajar
bahasa Inggris atas bahasa asing lainnya. Memang pilihan pertama menyenangkan
tetapi kurang produktif.
Sharing
yang berlebihan
Sebenarnya ini tidak berasal dari smartphone, ini bermula
ketika maraknya jejaring sosial. Saat ini, menggunakan jejaring sosial dengan
nyaman bisa melalui smartphone. Ini mempermudah semua dan mendorong orang-orang
untuk men-share apa saja dan kapan saja. Mungkin Anda bisa lihat
bagaimana teman-teman jejaring sosial Anda meng-update status yang sama
sekali tidak penting untuk diketahui orang. Yang lebih parahnya, foto, video,
teks, berita dan lain-lain di share secara berlebihan dan memenuhi
dinding akun Anda.
Kadang Paseban bertanya, kenapa manusia saat ini “pengcurhat”.
Malah terkadang terlintas kalau orang-orang yang sharing berlebihan kurang
mendapat perhatian baik dari keluarga atau dari lingkungan sehingga ingin
mendapat perhatian di di dunia maya. Akibatnya, update status tiap 30 detik
atau bahkan kurang karena saat ini dipermudah dengan smartphone.
Sulit melepaskan diri
Dahulu kehidupan digital dipegang oleh komputer. Dunia maya
juga masih di kuasai komputer. Saat itu, bila Anda meninggalka rumah, kantor
atau dimanapun Anda mengakses komputer maka selamat tinggal juga dengan dunia
maya. Mungkin terbantu dengan laptop yang memang memiliki sisi mobile. Tetapi,
laptop tetap saja ada akhirnya. Tentu ada saatnya laptop kita tutup (off) dan
berkegiatan yang lain. Tidak dengan smartphone. Kapanpun, dimanapun asal masih
memiliki jaringan internet maka Anda bisa langsung masuk ke dunia maya. Anda
langsung bisa dengan sekejap membaca email masuk, menjawab komentar orang di
website pribadi Anda. Ini yang membuat orang-orang sulit terlepas dari
smartphone. Sepertinya, sebagian hidupnya sudah ada di sana. Saran Paseban,
matikan semua perangkat Anda dan menyatulah dengan alam agar menemukan rasa
yang baru dari hidup.
Mengandalkan Teknologi
Teknologi terus meningkat tetapi, ada bahanya bagi kita
dengan membiarkan teknologi melakukan segala hal untuk kita. In bisa berimbas
kita lupa cara melakukan tugas yang paling dasar untuk diri kita
sendiri. Smartphone bisa digunakan untuk memperhitungkan rencana perjalan
Anda, membenahi kesalahan pengetikan, membangunkan dipagi hari. Ini dalah hal
mendasar yang bisa kita lakukan sendiri tetapi dengan kemanjaan yang diberikan
oleh teknologi smartphone Anda lama kelamaan Anda lupa caranya. Ini perlu
diperhatikan karena bersangkutan dengan ras manusia. Kita mentransfer budaya
dan kebiasaan kita ke generasi berikutnya. Bila pada generasi anda bangun harus
menggunakan alarm, memperbaiki kelasalan pengetikan menggunakan aplikasi maka
kemungkinan besar generasi berikutnya tidak akan tahu caranya, mereka hanya
mengandalkan teknologi.
Tetapi memang seperti itulah manusia. Nenek moyang kita bisa
membuat api dari kayu kering sedangkan kita sangat sedikit yang bisa. Nenek
moyang kita bisa membangun bangunan yang bertahan ribuan tahun, kita tidak
bisa. Jadi sebenarnya siapa yang lebih pintar? Nenek moyang kita atau kita?
(Sumber)
No comments:
Post a Comment