Bontang,
sebuah kota kecil dekat laut di propinsi Kalimantan Timur ini memang jarang
terdengar.
Mayoritas penduduknya adalah pendatang dari luar Kalimantan,
kebanyakan dari pulau Jawa. Walaupun kota kecil, namun biaya hidup dan
pendapatan perkapita di Bontang cukup tinggi. Mungkin karena itu banyak
pendatang yang mengadu nasib kesana. Penduduk desa Bontang Kuala beranggapan
bahwa mereka adalah penduduk asli kota Bontang, sebuah desa tepat di daerah
pesisir Bontang. Namun masih diragukan kebenarannya (penulis sendiri gak tahu
o.o). Kota
Bontang dihuni selain warga asli kayak suku kutai juga dihuni oleh berbagai
macam suku lain misalnya Bugis, Banjar, Jawa, Batak, Sunda, dan sebagainya
sehingga Kota Bontang dihuni oleh berbagai suku.
Pergelaran
budaya yang ada di Bontang dan setiap tahun dilaksanakan secara
rutin yaitu Pesta Laut Bontang Kuala dan Erau Pelas Benua. Untuk menyenangkan para penunggu
laut agar tidak mendatangkan musibah bagi para nelayan dan keluarganya, masyarakat
dahulu sepakat untuk melaksanakan atau menyelenggarakan upacara memberi makan
laut yaitu dengan melayarkan beras kuning dan kain kuning yang dibawah dengan perahu
sampai ketengah laut yang dilakukan para pawang dan pembantunya. Selesai upacara biasanya para
nelayan dilarang melaut untuk beberapa hari. Dalam perkembangan selanjutnya dan untuk mengisi
pembangunan, acara adat tersebut dijadikan objek wisata seni budaya yang
didukung oleh berbagai lapisan masyarakat bontang dan pemerintah maka atas
inisiatif tokoh masyarakat Bontang. Adat istiadat Budaya Bontang tersebut disajikan dalam bentuk
Pesta Laut.
Bagi para
pelakunya Pesta laut menjadi ajang kreasi dan berprestasi yang
menandakan jati diri
sebagai putra Bontang yang lahir dan tumbuh bersama masyarakat Bontang.
Bagi para
pengunjung, Pesta laut merupakan tempat rekreasi yang kadang kadang sangat
diinginkan,sebab memiliki kesan tersendiri.
Dengan adanya pelaksanaan budaya tersebut dapat menjadi
tolak ukur terjadinya perkembangan seni
dan budaya yang cukup berhasil.berkat adanya kerjasama dari semua pihak baik
masyarakat maupun pemerintah.
Untuk Erau sendiri, penulis belum
pernah melihatnya sendiri karena rumah penulis lebih dekat dengan Bontang Kuala.
Jadi, penulis juga bingung bagaimana menjelaskannya karena hanya mendengar dari
teman. Erau sendiri dilaksanakan di daerah Guntung, dimana kampung-kampung
melakukan pembersihan tidak hanya secara fisik tapi juga secara rohani. Lalu
melakukan pemotongan terhadap hewan sebagai rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Erau sendiri dilaksanakan setiap dua tahun sekali.
Makanan khas Bontang adalah amplang,
maka setiap berkunjung ke Bontang pasti oleh-olehnya tidak jauh dari amplang.
Amplang adalah makanan seperti kerupuk yang terbuat dari ikan, yang mana ikan
merupakan hasil utama Bontang Kuala selain rumput laut. Rumput laut sendiri
diolah menjadi manisan rumput laut dengan aneka warna. Untuk proses
pembuatannya, penulis belum pernah melihatnya sendiri hehe... Di Bontang banyak
orang menjajakan nasi kuning khususnya pada jam sarapan. Nasi kuningnya
kebanyakan dijual oleh orang Banjar, beda dengan khas Jawa yang menggunaan lauk
goreng, nasi kuning Banjar menggunakan lauk yang diolah dengan bumbu merah.
Yep, sampai disini dulu karena
penulis bingung mau menulis apa lagi. Mungkin kalau bertemu penulis di Bontang
bisa disapa “Hei, sampeyan yang nulis blog gak jelas itu ya”. Sekian dari saya.
No comments:
Post a Comment